Minggu, 29 November 2015

Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Kata "hidrolisis" berasal dari bahasa Yunani hydro "air" + lysis "pemisahan".
Hidrolisis berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak terpecah menjadi dua senyawa baru. Biasa nya hidrolisis terjadi saat proses pencernaan karbohidrat
  • Jenis-jenis Hidrolisis

  1. Ester dan amida
  2. ATP
  3. Polisakarida
  4. Ion logam dalam air
  5. garam

Jumat, 27 November 2015

Elektrolit

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asambasa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asambasa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

Pengertian Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan adalah yang antarzat penyusunnya tidak memiliki bidang batas dan bersifat homogen di setiap bagian campuran. Komponen larutan dalah pelarut dan zat terlarut.Elektrolit merupakan suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat menghasilkan arus listrik. Nonelektrolit adalah tidak dapat menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan dalam air.[1] Semakin banyak jumlah ion, semakin kuat daya hantarnya. Sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebabkan karena zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan[2]
Berdasarkan daya hantarnya larutan elektrolit terbagi menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dengan daya hantar yang besar. Contohnya larutan asam kuat, basa kuat dan garam. yang kedua elektrolit lemah, yaitu larutan dengan daya hantar yang lemah.[3]
Tabel contoh larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit.[1]
Elektolit Kuat
Elektrolit lemah
Nonelektrolit
HClCH2COOHCH3OH
H2SO4HFC2H5OH
HNO3HNO2C12H22O11
HClO4NH3C6H12O6

Sifat Daya Hantar Listrik dalam Larutan

Larutan tergolong ke dalam campuran homogen yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pelarut -pelarut yang biasa digunakan adalah air. Sedangkan zat terlarut terdiri dari berbagai senyawa ion maupun kovalen. sifat daya hantar listrik zat yang terlarut dalam air dapat diketahui dengan uji nyala
Gambaran Bentuk Molekul Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit[3]
Jenis Larutan
Sifat dan Pengamatan Lain
Contoh Senyawa
Reaksi Ionisasi
Elektrolit Kuat
-   Terionisasi sempurna
-   Menghantarkan arus listrik
-   Lampu menyala terang
-   Terdapat gelembung gas
NaCl, NaOH, H2SO4, HCl, dan KCl
NaCl —> Na+ + Cl-
NaOH —> Na+ + OH-
H2SO4 —> H+ + SO42-
HCl —> H+ + Cl-
KCl —> K+ + Cl-
Elektolit Lemah
-   Terionisasi sebagian
-   Menghantarkan arus listrik
-   Lampu menyala redup
-   Terdapat gelembung gas
CH3COOH, N4OH, HCN, dan Al(OH)3
CH3COOH –> H+ + CH3COOH-
HCN –> H+ + CN-
Al(OH)3 –> Al3+ + OH-
Non Elektrolit
-   Tidak terionisasi
-   Tidak menghantarkan arus listrik
-   Lampu tidak menyala
-   Tidak terdapat gelembung gas
C6H12O6
C12H22O11
CO(NH2)2
C2H5OH
C6H12O6
C12H22O11
CO(NH2)2
C2H5OH

Hidrokarbon

Dalam bidang kimiahidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2).

  • Tipe-tipe hidrokarbo
    1. Hidrokarbon jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling sederhana. Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat dengan hidrogen. Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah CnH2n+2.[1] Hidrokarbon jenuh merupakan komposisi utama pada bahan bakar fosil dan ditemukan dalam bentuk rantai lurus maupun bercabang. Hidrokarbon dengan rumus molekul sama tapi rumus strukturnya berbeda dinamakan isomer struktur.[2]
    2. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua maupun rangkap tiga. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua disebut dengan alkena, dengan rumus umum CnH2n.[3] Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna, dengan rumus umum CnH2n-2.[4]
    3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin karbon. Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah CnH2n.[2]
    4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah hidrokarbon yang paling tidak mempunyai satu cincin aromatik.Hidrokarbon dapat berbentuk gas (contohnya metana dan propana), cairan (contohnya heksana dan benzena), lilin atau padatan dengan titik didih rendah (contohnya paraffin wax dan naftalena) atau polimer (contohnya polietilena, polipropilena dan polistirena).
    • Ciri-ciri Umum
    1. Karena struktur molekulnya berbeda, maka rumus empiris antara hidrokarbon pun juga berbeda: jumlah hidrokarbon yang diikat pada alkena dan alkuna pasti lebih sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap.
    2. Kemampuan hidrokarbon untuk berikatan dengan dirinya sendiri disebut dengan katenasi, dan menyebabkan hidrokarbon bisa membentuk senyawa-senyawa yang lebih kompleks, seperti sikloheksana atau arena seperti benzena. Kemampuan ini didapat karena karakteristik ikatan di antara atom karbon bersifat non-polar.
      Sesuai dengan teori ikatan valensi, atom karbon harus memenuhi aturan "4-hidrogen" yang menyatakan jumlah atom maksimum yang dapat berikatan dengan karbon, karena karbon mempunyai 4 elektron valensi. Dilihat dari elektron valensi ini, maka karbon mempunyai 4 elektron yang bisa membentuk ikatan kovalen atau ikatan dativ.
      Hidrokarbon bersifat hidrofobik dan termasuk dalam lipid.
      Beberapa hidrokarbon tersedia melimpah di tata surya. Danau berisi metana dan etana cair telah ditemukan pada Titan, satelit alam terbesar Saturnus, seperti dinyatakan oleh Misi Cassini-Huygens.
    sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon

    Perhitungan Reaksi Pembatas

    Apa Itu Pereaksi Pembatas? Tahukah sobat, pada setiap reaksi tidak selalu massa zat-zat reaktan (zat yang bereaksi) akan habis seluruhnya menjadi hasil atau produk reaksi. Kadang salah satu dari zat yang bereaksi akan tersisa karena tidak habis bereaksi. Sama ketika sobat ingin membuat kue bolu untuk 50 orang, ada bahan yang habis terpakai dan kadang ada bahan yang tidak habis terpakai. Antara mentega dan terigu punya perbadingan yang tetap sehingga sangat mungkin terjadi sisa entah itu terigu atau margarinnya.
    Hal serupa terjadi pada reaksi kimia karena agar terjadi reaksi secara sempurna, perbandingan massa dari zat-zat pereaksi harus tepat sesuai dengan perbandingan koefisien pada reaksi setaranya. Nah, dengan demikian akan ada zat reaktan yang akan habis duluan dan menyebabkan zat lain tidak bisa bereaksi dengannya lagi (zat sisa). Zat pereaksi yang habis duluan inilah yang disebut dengan pereaksi pembatas. Dinamakan demikian karena ia membatasi keberlangsungan reaksi.
    apa itu pereaksi pembatas

    Definisi Pereaksi Pembatas

    Pereaksi Pembatas adalah reaktan yang benar-benar habis dan yang menentukan kapan reaksi itu berhenti. Dari sisi stoikiometri, sobat akan dapat menghitung jumlah persisnya reaktan yang diperlukan menggunakan perbandingan mol yang tepat sesuai koefisien dalam reaksi setara. Jika sobat tidak mencampur reaktan dalam proporsi yang benar menurut stoikiometri, maka salah satu reaktan akan habis sementara yang lain akan tersisa. Jadi pereaksi pembatas adalah reaktan yang benar-benar habis terpakai dalam reaksi dan membatasi berlangsungnya reaksi.

    Cara Menemukan Pereaksi Pembatas

    Ada dua jalan untuk menemukan pereaksi pembatas. Cara pertama  adalah menemukan perbandingan rasio jumlah reaktan yang digunakan dalam reaksi (perbandingan mol). Cara kedua dengan cara menghitung jumlah gram hasil reaksi.
    Cara Pertama
    1. Setarakan reaksi (perhatikan koefisien dalam reaksi setara)
    2. Konversikan semua reaktan ke dalam mol  (biasanya tinggal membagi dengan massa atom atau molekul relatif)
    3. Bandingkan mol dalam angka 2 dengan perbandingan koefisien reaksi pada angka 1. Sobat akan bisa menentukan mana yang reaktan yang habis duluan.
    Cara Kedua
    1. Setarakan reaksi (perhatikan koefisien dalam reaksi setara)
    2. Tentukan jumlah mol dari masing-masing reaktan
    3. Sesuaikan ke mol hasil reaksi menggunakan perbandingan koefisien kemudian kalikan dengan massa molekul relatifnya
    4. Yang menghasilkan gram hasil reaksi paling sedikit itulah pereaksi pembata.
    Yuk biar lebih paham kita simak contoh soal di bawah ini

    Contoh Soal Pereaksi Pembatas

    Dalam sebuah wadah tertutup, 20 gram metana (CH4) dibakar dengan 64 gram oksigen (O2) menghasilkan karbon dioksida dan uap air menurut reaksi dibawah. Diketahui Mr metana = 16, Ar oksigen = 16, dan Mr H2O = 18 .
    CH4(g) + O2 → CO2 + 2H2O
    Tentukan pereaksi pembatasnya
    Cara Pertama
    1. Setarakan Reaksi (sudah setara → diberikan di soal)
      CH4(g) + 2O2 → CO2 + 2H2O
    2. Hitung mol masing-mmasing reaktan
      Mol CH4 = 20/16 = 1,25 mol
      Mol O2 = 64/32 = 2 mol
    3. Sesuaikan dengan koefisien reaksi (
      Dari reaksi setara di atas perbaingan metana : oksigen yang bereaksi adalah 1 : 2 jadi 1 mol metana dapat bereaksi dengan 2 mol oksigen.
      Mol MetanaMol Oksigen
      1,25 mol2,5 mol
      1 mol2 mol
      dari tabel di atas, 1,25 mol metana perlu 2,5 mol oksigen padahal hanya tersedia 2 mol oksigen sehingg yang menjadi pereaksi pembatasnya adalah oksigen. O2 akan habis duluan dan menyisakan 0,25 mmol metana (1,25-1)
    Cara Kedua
    1. Setarakan Reaksi (sudah setara → diberikan di soal)
      CH4(g) + 2O2 → CO2 + 2H2O
    2. Hitung mol masing-mmasing reaktan
      Mol CH4 = 20/16 = 1,25 mol
      Mol O2 = 64/32 = 2 mol
    3. Sesuaikan dengan mol hasil reaksi dan hitung gram hasil reaksi
      1,25 mol CH4 → 2,5 mol H2O (perbandingan koefisien 1 : 2)
      2,5 x 18 = 45 gram H2O
      2 mol O2 → 2 mol H2O (perbandingan mol 2 : 2 = 1 : 1)
      2 x 18 = 36 gram H2O
      Jadi yang merupakan pereaksi pembatas adalah oksigen (O2)
    sumber : http://rumushitung.com/2014/08/21/pereaksi-pembatas-dan-contoh-soal/

    Persamaan Reaksi

    Dalam ilmu kimiapersamaan reaksi atau persamaan kimia adalah penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimiaRumus kimia pereaksi ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di sebelah kanan.[1] Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia sebuah zat adalah koefisien stoikiometri, yang menggambarkan jumlah zat tersebut yang terlibat dalam reaksi relatif terhadap zat yang lain. Persamaan reaksi yang pertama kali dibuat oleh ahli iatrokimia Jean Beguin pada 1615.
    Representasi grafis dari persamaan reaksi pembakaran metana
    Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah,  untuk reaksi dua arah, dan  untuk reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana (suatu gaspada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut
    CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
    Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut. Huruf s melambangkan padatanl melambangkan cairan, g melambangkan gas, dan aq melambangkan larutan dalam air. Misalnya, reaksi padatan kalium (K) dengan air (2H2O) menghasilkan larutan kalium hidroksida (KOH) dan gas hidrogen (H2), dituliskan sebagai berikut
    2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
    Selain itu, di paling kanan dari sebuah persamaan reaksi kadang-kadang juga terdapat suatu besaran atau konstanta, misalnya perubahan entalpi atau konstanta kesetimbangan. Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (ΔH) dituliskan sebagai berikut
    N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ΔH = -92.4 kJ/mol.
    Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan, dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.

    Teori Orbital Molekul

    Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory), disingkat MO. Dala teori ini menyebutkan bahwa interaksi yang terjadi antara atom pusat dengan ligan melibatkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalen. Teori ini muncul untuk menyempurnakan teori sebelumnya yaitu teori medan kristal. Pada teori medan kristal menyebutkan bawa interaksi yang terjadi antara atom pusat dengan ligan berupa ineraksi elektrostatik saja. Padahal dari fakta eksperimental ditemukan bahwa terdapat kompleks dengan ligan netral namun stabil. Dan juga melakui eksperimen resonansi spin ditemukan bahwa terdapat pemakaian bersama sepasang elektron oleh loga dan ligan. Hal ini berarti terdapat juga interaksi kovalen. Teori ini meruapakan teori paling lengkap dari teori-teori sebelumnya, namapun juga yang paling rumit. Menggunakan kombinasi linear orbital-orbital atomuntuk membentuk orbital-orbital molekul yang menrangkumi seluruh molekul. Semuanya ini seringkali dibagi menjadi orbital ikat, orbital antiikat, dan orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital Schrödinger yang melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini merupakan tipe orbital yang elektron-elektronnya memiliki kebolehjadian lebih tinggi berada di antara dua inti daripada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah orbital ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti bersama. Jika elektron-elektron cenderung berada di orbital molekul yang berada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah orbital antiikat dan akan melemahkan ikatan. Elektron-elektron yang berada pada orbital bukan-ikatan cenderung berada pada orbital yang paling dalam (hampir sama dengan orbital atom), dan diasosiasikan secara keseluruhan pada satu inti. Elektron-elektron ini tidak menguatkan maupun melemahkan kekuatan ikatan.

    Teori Ikatan Valensi

    Pada tahun 1927, teori ikatan valensi dikembangkan atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama oleh karena efek penurunan energi sistem. Pada tahun 1931, beranjak dari teori ini, kimawan Linus Pauling mempublikasikan jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling penting dalam sejarah kimia: "On the Nature of the Chemical Bond". Dalam jurnal ini, berdasarkan hasil kerja Lewis dan teori valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam aturan pada ikatan elektron berpasangan:
    1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron tak-berpasangan pada masing-masing atom.
    2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan.
    3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya.
    4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk setiap atom.
    5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk ikatan-ikatan yang paling kuat.
    6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.
    Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond menjadi apa yang banyak orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern. Buku ini membantu kimiawan eksperimental untuk memahami dampak teori kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal untuk mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori orbital molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960-an dan 1970-an ketika popularitas teori orbital molekul meningkat dan diimplementasikan pada beberapa progam komputer yang besar. Sejak tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang lebih sulit pada program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini beranjak bangkit kembali.